Kementerian Luar Negeri Cina pada hari Senin mengatakan tindakan AS dalam perdagangan global merupakan sumber kekhawatiran terbesar mengenai babak baru perang dagang.

Artikel terbaru yang dirilis oleh media AS mengomentari bahwa meningkatnya investasi Tiongkok dalam manufaktur akan memperburuk kelebihan kapasitas, menekan bisnis di seluruh dunia, dan meningkatkan kemungkinan terjadinya perang dagang global baru.

Ketika diminta mengomentari artikel tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian pada hari Senin mengemukakan bahwa popularitas “buatan Tiongkok” di seluruh dunia merupakan hasil dari investasi terus-menerus dalam penelitian dan pengembangan serta pengembangan keunggulan komparatif daripada dumping bersubsidi, apalagi memonopoli pasar melalui tindakan proteksionis.

“Dengan rantai industri manufaktur yang lengkap, kami telah membantu menjaga kestabilan rantai industri dan pasokan global serta memacu kemajuan teknologi dan peningkatan industri di dunia,” kata Lin.

Selama 15 tahun berturut-turut, pangsa pasar global ekspor barang-barang Tiongkok telah menduduki peringkat pertama dan impor barang-barang Tiongkok telah menduduki peringkat kedua, Lin menekankan.

Secara luas dianggap bahwa Tiongkok telah memainkan peran penting bagi pertumbuhan ekonomi global yang stabil dan sehat, tambahnya.

Juru bicara itu juga mencatat bahwa setiap kali AS dalam masalah, sejumlah warga Amerika dan media di negara itu akan menjadikan negara lain sebagai kambing hitam untuk mengalihkan perhatian. “Ini bukan hal yang tidak biasa.”

AS mengadopsi Undang-Undang Pengurangan Inflasi untuk menggunakan subsidi diskriminatif, terus menghalangi pengangkatan hakim baru di Badan Banding Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan secara sewenang-wenang mengenakan tarif tinggi pada barang-barang dari negara lain, kata Lin.

“Fakta menunjukkan dengan jelas bahwa praktik AS ini merupakan sumber kekhawatiran terbesar bagi babak baru perang dagang di dunia,” kata Lin.

Lin juga menyebutkan bahwa tahun lalu, di antara negara-negara anggota WTO, AS sendiri telah menyampaikan 454 notifikasi mengenai hambatan teknis perdagangan, lebih banyak dari jumlah gabungan kelima negara anggota setelah AS.

Dengan mengandalkan proteksionisme, AS tidak akan mampu meraup keuntungan sendirian, tetapi hanya akan kehilangan peluang kerja sama yang saling menguntungkan, tambah Lin.

Tiongkok akan lebih jauh memperluas keterbukaan berstandar tinggi dan membina kekuatan pendorong baru bagi pertumbuhan global, kata Lin.

Ia menegaskan kembali bahwa Tiongkok yang terbuka dalam menerima kerja sama akan terus memberikan peluang bagi dunia.

Categorized in:

Berita,

Last Update: 27 August 2024